Minggu, 21 September 2008

Sedjarah: Kerajaan Islam 4

A. Pengaruh Islam dalam Bidang Pendidikan
1. Pendidikan Langgar/Surau
Pada saat inipun pengaruh islam di Indonesia masih begitu kental. Misalnya di minang kabau ini. Belakangan ini keberadaan intelektual atau secara khusus ulama Minangkabau sering diperkatakan orang Minangkabau sendiri maupun oleh orang luar Minangkabau.
Pembicaraan ini muncul karena selama ini Minangkabau dikenal orang sebagai gudangnya ulama dan pemasok ulama terbesar untuk daerah daerah lainnya. Suara ulama Minangkabau bersipongang ke seantero tanah air kita.
Lembaga pendidikan agama pertama di wilayah adat Minangkabau adalah “Surau”. Karakteristik dari surau adalah suatu tempat pendidikan dan sekaligus tempat tinggal murid dan guru, sehingga memungkinkan keberadaan murid bersama guru dalam waktu relatif lebih panjang, dalam waktu masa terjadi transfer ilmu dan pengalaman guru kepada murid.
Dengan cara ini regenerasi ulama berlangsung secara alamiyah.
Surau dikenal sebagai lembaga pendidikan agama pertama diwilayah Minangkabau adalah surau Syekh Burhanuddin di Ulakan Pariaman didirikan sekitar abad ke 17.
Surau ini didatangi oleh murid-murid dari berbagai pelosok Minangkabau, yang pada gilirannya setelah murid itu kembali ke negerinya juga mendirikan surau pula.
Selanjutnya bermunculan surau-surau di wilayah ini nama surau ini menggunakan nama ulama yang mengasuhnya antara lain :
• Surau Tuanku Mansiangan Nan Tuo di Paninjauan
• Surau Tuanku Rao
• Surau Tuanku Kecil di Koto Gadang
• Surau Tuanku di Talang
• Surau Tuanku di Sumanik
• Surau Tuanku di Koto Baru
• Surau Tuanku Nan Tuo di Ampek Angkek
• Surau Tuanku di Kamang
• Surau Tuanku Pakih Sagir
Pada dasarnya di surau surau dipelajari menulis dan membaca Al Qur’an dan ilmu ilmu agama yang secara garis besarnya terdiri ilmu akidah, ilmu syari’ah, dan ilmu akhlak.
Karena menurut adat Minangkabau anak-anak muda menjelang kawin tinggal disurau, dengan sendirinya semua orang Minangkabau masa itu telah pandai membaca al Qur’an berikut menulisnya dan secara dasar mengetahui ilmu agama dalam bentuk alamiyah dan pengetahuan.
Dengan demikian lembaga surau telah membebaskan orang Minangkabau dari buta aksara dan telah berhasil mencetak ulama.
Tiga orang tokoh ulama yang menyiarkan agama di Sulawesi Selatan dan popular dikalangan umat Islam Sulawesi Selatan sampai waktu ini yaitu :
• Datuak Ribandang
• Datuak Patimang
• Datuak Ritiro
Adalah ulama yang dihasilkan oleh pendidikan surau di Minangkabau.
Akhir abad ke 18 surau surau mendapat perkembangan baru dengan kembalinya tiga orang ulama Minangkabau dari Timur Tengah yaitu :
• Haji Miskin
• Haji Piobang
• Haji Sumanik
Pengajian surau yang sebelumnya lebih banyak mengarah kepada tasawuf mengarah akidah dan syari’ah yang lebih banyak dipengaruhi oleh ajaran Hambali.
Kelompok ini dengan ajaran barunya disebut golongan muda sedangkan kelompok ulama sebelumnya disebut golongan tua.
Pada masa berikutnya surau berkembang pesat dimana pada akhir abad ke 19 terkenal nama beberapa surau di pelosok Minangkabau.
Pengasuh yang selama ini disebut tuanku , pada waktu belakangan bernama “Syekh” dan nama suraupun dinisbahkan kepada nama pengasuhnya, antara lain yaitu :
• Surau Syekh Abdulah Khatib Ladang laweh
• Surau Syekh Muhammad Jamil Tungkar
• Surau Syekh Tuanku Kolok M.Ali Di Sungayang
• Surau Syekh Abdul Manan Padang Gantiang
• Surau Syekh Muhammad Soleh Padang Kandis
• Surau Syekh Abdulah Padang Japang
• Surau Syekh Ahmad alang Laweh
• Surau syekh Amarullah Maninjau
Di Sumatera Barat pun Surau sudah berkembang menjadi lembaga pendidikan. Sistem pendidikan surau masih tetap dilanjutkan, walaupun telah terjadi pembaharuan dalam pendidikan Islam. Namun demikian ada juga beberapa buah surau yang tidak mau ketinggalan dengan perkembangan madrasah. Surau pertama yang telah memakai sistem kelas dengan mempergunakan meja, kursi, papan tulis dan alat bantu pelajaran adalah surau Jembatan Besi di Padang Panjang.
Surau Jembatan Besi didirikan pada tahun 1914 oleh Syekh H. Abdullah Ahmad, Syekh Abdul Karim Amarullah atau yang lebih terkenal dengan nama Haji Rasul ikut menjadi guru. Setelah Syekh Abdullah Ahmad pindah ke Padang, Haji Rasul mengantikan sebagai pimpinan Surau Jembatan Besi yang membawa banyak perubahan atau pembaharuan. Pada tahun 1915 pada Surau Jembatan Besi didirikan Koperasi Pelajar atau inisiatif Haji Habib, dan setahun kemudian koperasi itu diperluas lagi oleh Haji Hasyim. Dengan didirikannya sebuah koperasi pada Surau Jembatan Besi kelihatanlah bahwa surau tersebut mempunyai sifat terbuka dan mau menerima sesuatu yang baru, karena pengaturan koperasi sudah dipengaruhi oleh pengetahuan Barat. Tetapi karena koperasi dianggap berguna dan menguntungkan, maka gagasan pendirian koperasi itu dapat diterima. Pada waktu itu koperasi merupakan sesuatu yang baru pada lembaga yang dikelola oleh Islam.
Setelah Surau Jembatan Besi mengalami banyak perubahan dan pembaharuan, maka pada tahun 1918 Haji Rasul memperkenalkan sistem kelas pada Sumatera Thawalib dan semenjak itu sistem pendidikan surau yang selama ini dianut oleh Surau Jembatan Besi sudah berubah menjadi Sumatera Thawalib yang mempergunakan sistem sekolah. Sesudah sistem pendidikannya berubah, maka Haji Rasul menyusun kembali kurikulum, metode mengajar, dan buku yang akan dipergunakan pada Sumatera Thawalib dengan memasukkan mata pelajaran umum.
2. Pendidikan Pesantren
Secara historis, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang multifungsi. Ia menjadi benteng pertahanan sekaligus pusat penyiaran (dakwah) Islam. Tidak ada data yang pasti tentang awal kehadiran pesantren di Nusantara (Ensiklopedi Islam, 2005). Baru setelah abad ke-16 diketahui bahwa terdapat ratusan pesantren yang mengajarkan kitab kuning dalam berbagai bidang ilmu agama seperti fikih, tasawuf, dan akidah.
Dalam perkembangannya, pesantren mencatat kemajuan dengan dibukanya pesantren putri dan dilaksanakannya sistem pendidikan madrasah yang mengajarkan pelajaran umum, seperti sejarah, matematika, dan ilmu bumi. Eksistensi pesantren menjadi istimewa karena ia menjadi pendidikan alternatif (penyeimbang) dari pendidikan yang dikembangkan oleh kaum kolonial (Barat) yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Pesantren menjadi tempat berlabuh umat Islam yang tersingkir secara budaya (pendidikan) akibat perlakuan diskriminatif penjajah.
Kini perkembangan pesantren dengan sistem pendidikannya mampu menyejajarkan diri dengan pendidikan pada umumnya. Bahkan di pesantren dibuka sekolah umum (selain madrasah) sebagaimana layaknya pendidikan umum lainnya. Kedua model pendidikan (sekolah dan madrasah) sama-sama berkembang di pesantren.
Hakikatnya pendidikan pesantren tidak lepas dari Islam, dan pendidikan pesantren bermula tidak lama setelah Islam masuk ke Indonesia. Alasannya sangat sederhana. Islam, sebagai agama dakwah, disebarkan secara efektif melalui proses transmisi ilmu dari ulama ke masyarakat (tarbiyah wa ta’lim, atau ta’dib). Proses ini di Indonesia berlangsung melalui pesantren. Hal ini dapat dibuktikan di antaranya dari metode pembelajaran di pesantren. Metode sam’ (audit, menyimak), metode syarh (penjelasan ulama) dengan secara halaqah, metode tahfiz (hafalan) dll, yang terdapat terdapat di pesantren berasal dari tradisi intelektual Islam.

3. Pendidikan Madrasah
1. Madrasah Tsanawiyah
Biasa disingkat MTs, merupakan pendidikan berbasis Islam yang setara dengan SMP. Pengelolaan oleh departemen agama pendidikan madrasah tsanawiyah.
2. Madrasah Aliyah
Biasa disingkat MA, merupakan pendidikan berbasis Islam yang setara dengan SMA. Pengelolaan oleh departemen agama. Ada perbedaan dengan SMA pada umumnya dalam bidang jurusan yaitu dalam MA ada jurusan Ilmu Keagamaan.
Ada juga pelajaran yang ditonjolkan yaitu Fiqih, akidah, akhlak, bahasa arab, sejarah Islam, dll.


3. Madrasah Aliyah Keagmaan (MAK) dan Madrasah Aliyah Program Ketrampilan (MAPK)
Merupakan madrasah yang setingkat dengan SMK.

B. PENGARUH ISLAM DALAM BIDANG BUDAYA
Pengaruh Islam dalam bidang budaya yaitu munculnya:
1. Budaya Islam Santri
Merupakan Islam yang menghayati nilai murni Islami dan tidak dipengaruhi budaya sebelumnya (Hindu Budha). Islam ini biasanya tinggal di pesisir.
2. Budaya Islam Abangan
Merupakan masyarakat yang menjalankan agama Islam dengan dipadukan pada budaya adat, kepercayaan tertentu, dll. Jadi nilai Islam tidak dihayati secara murni.
3. Budaya dalam Tata busana
Yaitu pemakaian jilbab untuk perempuan, celana dicomplangkan, pecis untuk laki-laki. Budaya ini meniru budaya Arab yang aslinya bertujuan untuk menghindarkan umat dari debu. Jadi budaya ini tidak relevan di Indonesia.
4. Budaya Kekerasan
Yaitu budaya pembelaan agama Islam dengan kekerasan seperti yang dilakukan FPI (Front Pembela Islam).

C. PENGARUH ISLAM DALAM BIDANG SENI
1. Seni Ukir
Seni tatah menatah dari kayu tertentu yang dapat digunakan sebagai hiasan. Kesenian ini akan baik tergantung dari kayu dan cara membuat yang baik.

2. Seni bangunan
Seni bangunan ditujukan untk bangunan khas Islam misalnya masjid dan rumah biasa dengan pemakaian adat atau budaya Arab. Adapun ternyata seni arsitektur ini berusaha menghindari konstruksi salib.

3. Seni Kaligrafi
Merupakan seni ukir, gambar dengan objek tulisan Arab yang dibentuk misalnya jadi bentuk pemandangan. Kini yang dijadikan kaligrafi juga tulisan Jawa.

4. Seni Tari
Seni tari tarian Islam adalah seni debus yang ekstrim karena ada adegan berbahaya misalnya menusuk penari. Sebelum pertunjukan dibacakan ayat-ayat tertentu.

5. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan Islam adalah seni pertunjukan wayang, maupun gamelan yang tujuan utamanya adalah dakwah agama Islam.
(by: SImba-H,A-B,Lang-Wu,NyinG2x,)

Tidak ada komentar: